MENGUAK CARA MUDAH BELAJAR BAHASA INGGRIS SECARA OTODIDAK

Bahasa Inggris mungkin dipandang sebagai momok menakutkan bagi sebagian besar orang. Sampai kapan kita berpikir belajar bahasa Inggris itu sulit? Padahal enggak, loh!
Tenang, Anda tidak sendiri jika menganggap bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang sulit dipahami. Banyak, kok, yang berpikir demikian, termasuk saya. Namun, sekarang tidak lagi. English is really fun. Setidaknya, itu yang saya rasakan sekarang. Bukan karena merasa sudah bisa, Anda salah besar kalau beranggapan seperti itu. Grammar saya saja sampai sekarang masih ambur-adul. Saya pun masih dalam tahap belajar, meskipun sudah tidak lagi bernaung di bawah lembaga khursus (belajar secara otodidak).
Tidak ada yang sulit selama ada kemauan. Tidak ada yang sulit selama mau berusaha. Tidak ada yang sulit selama tahu cara mewujudkannya.
Sebenarnya, yang membuat bahasa Inggris itu terasa sulit dan membuat stress karena mindset kita sendiri yang diakibatkan oleh kesalahan metode pembelajaran sejak pertama kali mengenal bahasa Inggris. Padahal, sebagaimana telah diketahui bahwa bahasa Inggris adalah bahasa Internasional yang paling banyak digunakan di dunia ini. Jadi, dengan belajar bahasa Inggris dapat memberikan segudang manfaat. Misalnya, untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar, bekerja di luar negeri, mencari beasiswa di dalam/luar negeri, atau mungkin untuk mendapatkan pasangan orang luar. Ups … just kidding.
Mungkin yang menjadi pertanyaan teman-teman adalah harus menggunakan metode yang seperti apa supaya dapat berbahasa Inggris dengan mudah. Sebelum saya mencoba menjelaskan—berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa literatur buku yang saya baca. Saya akan mencoba memaparkan alasan yang seringkali membuat orang berpendapat bahwa bahasa Inggris itu sulit terutama speaking-nya.
Alasan umumnya adalah tidak mau berbicara bahasa Inggris karena tidak bisa, kurangnya perbendaharaan kata (vocabulary), dan takut salah ucap. Padahal untuk berbicara bahasa Inggris bukan dilihat dari ketiga hal tersebut, tetapi kemampuan berbicara bahasa Inggris adalah dari adanya kemauan untuk memberanikan diri.[1]
Dari pendapatan di atas, dapat saya simpulkan bahwa hal pertama yang diperlukan untuk mampu berbahasa Inggris adalah kemauan untuk memberanikan diri berbicara bahasa Inggris secara langsung. Mental untuk berani salah adalah hal paling utama yang perlu ditanamkan dalam diri sendiri. Jadi, mau salah atau benar, ya, ngomong saja. Tidak perlu takut kalau apa yang akan kita katakan nantinya ternyata susunan kalimatnya masih salah. Tidak perlu takut orang akan menertawakan karena sokkeinggris-inggrisan padahal medoknya masih terlihat jelas.
Satu kesalahan besar yang saya amati dari sistem pengajaran bahasa Inggris di Indonesia terutama di sekolah formal adalah terlalu menekankan pada grammar (metode klasik) bagi pemula. Padahal dari pengalaman saya pribadi, cara belajar demikian tidak memberikan dampak yang signifikan dalam mempelajari bahasa Inggris. Hingga seberapa lama pun belajar, ujung-ujungnya tetap tidak bisa, bahkan justru semakin stress.
Belajar bahasa asing seharusnya dimulai dari speaking. Saya yakin teman-teman akan berpikir bahwa pasti akan lebih sulit. Mana mungkin dapat berbicara bahasa Inggris, jika membuat kalimat saja masih salah. Anggapan tersebut kurang tepat karena justru cara memahami sebuah bahasa secara alami adalah dimulai dari berbicara terlebih dahulu.
Coba teman-teman lihat bagaimana caranya anak kecil belajar bicara. Mereka akan diawali dengan mendengarkan orang-orang di sekitarnya berbicara. Kemudian dia akan mencoba menirukan satu atau dua suku kata, dan terus berkembang hingga dapat mengatakan satu kalimat penuh. Mereka tidak diajarkan bagaimana caranya membaca, menulis, menghafal kosa kata pada awal kehidupannya. Itulah yang dimaksud dengan cara natural untuk menguasai bahasa.
Hal tersebut juga dijelaskan dalam buku yang berjudul Spoken English Flourish Your Language karya Robert Carmen dalam bab Introduction yang mengatakan bahwa:
You know, the natural way of acquiring a language is to learn to speak it first and then to write it.[2]
Artinya: “Tahukah Anda, cara alami untuk menguasai suatu bahasa adalah dengan belajar mengucapkannya terlebih dahulu, baru kemudian menulisnya.”
Mereka yang belajar grammar terlebih dahulu, mungkin memiliki kemampuan lebih dalam membuat kalimat. Namun, saat mereka diminta untuk berbicara secara langsung tentu saja mereka akan mengalami kesulitan karena terlalu fokus pada cara membuat sebuah kalimat yang benar. Juga melupakan kenyataan bahwa orang yang diajak bicara tidak memiliki banyak waktu untuk menunggunya berfikir lama hanya demi satu buah kalimat.
Nah, solusinya adalah sering-seringlah mendengarkan dalam bahasa Inggris atau yang lebih popular disebut sebagai listening. Ada banyak manfaat yang akan didapat dari listening, diantaranya: Pertama, kosa kata akan bertambah. Kedua, mendapatkan grammar secara otomatis tanpa disadari. Ketiga, mungkin yang paling penting dan justru jarang disadari banyak orang adalah listening akan meningkatkan kemampuan pronunciation.
Seperti yang dikatakan Edward Clemons di awal bab 2 dalam bukunya yang berjudul How to Speak English Fluently in 1 Week, yang berbunyi:
Listening will improve your speaking capabilities hugely. You will learn the correct pronunciation, vocabulary, grammar, accent, and intonation.[3]
Artinya: “Mendengarkan akan sangat meningkatkan kemampuan berbicara Anda. Anda akan mempelajari pengucapan, kosa kata, tata bahasa, aksen, dan intonasi yang benar.”
Jadi, semakin sering melakukan listening, semakin bertambah pula kemampuan berbahasa Inggris tanpa disadari, terutama pronunciation.
Mungkin bagi teman-teman yang dari awal hanya belajar grammar akan sedikit bingung dengan istilah pronunciation. Pronunciation adalah bagaimana kita dapat mengucapkan atau melafalkan sebuah kata dalam bahasa Inggris secara benar.[4] Pronunciation dapat juga diartikan sebagai aksen dalam bahasa Inggris.
Bayangkan saja, bagaimana orang akan paham ketika diajak berbicara orang asing atau native speaker, misalnya, jika kita saja tidak pernah melakukan listening. Orang Indonesia sering menemukan kesulitan dalam mengucapkan atau melafalkan kata dalam bahasa Inggris secara benar, sehingga diperlukan listening untuk memperbaiki pelafalan tersebut. Semakin bagus pronunciation, orang lain akan lebih mudah memahami apa yang kita ucapkan. Begitu pun sebaliknya, kita juga semakin mudah mengerti apa yang diucapkan orang lain.
Pronunciation harus dipelajari karena merupakan hal yang penting dalam memahami suatu bahasa. Tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan speaking saja, tetapi juga digunakan dalam membaca sebuah teks bahasa Inggris. Pronunciation juga mengajarkan kapan saatnya harus berhenti atau pun lanjut saat membaca, mengajarkan caranya melafalkan kata dengan benar, intonasi, membedakan cara membaca akhiran -ed, dan lain sebagainya.
Alasan lain seorang pemula dianjurkan untuk belajar speaking terlebih dahulu sebelum belajar grammar karena ketika belajar speaking, kita tidak terlalu dibebani dengan materi grammar yang seringkali membuat pusing. Jadi, dengan demikian diharapkan kita dapat berbicara dengan cepat tanpa banyak berpikir (speak without thinking).
Tidak perlu khawatir jika kalimat yang diucapkan masih kurang tepat. Dengan seringnya melatih pendengaran (listening), akan mendapatkan grammar secara otomatis, jadi semakin lama kalimat kita juga akan tertata dengan sendirinya.
Jika dirasa sudah mulai dapat berbicara dalam bahasa Inggris sedikit lebih lancar, baru, deh, pelan-pelan belajar grammar (start from basic grammar). Akan jauh lebih mudah belajar grammar ketika sudah punya basic speaking daripada sejak awal sudah dicekoki dengan grammar, hafalan kosa kata, dan baca tulis.
Nah, sekarang sudah tahu, kan, kalau belajar bahasa Inggris itu tidak sulit, jika teman-teman tahu metodenya.
[1] Dewi Kustanti, Yadi Prihmayadi, Problematika Budaya Berbicara Bahasa Inggris (eJournal of Sunan Gunung Djati State Islamic University), hal. 171
[2] Robert Carmen, English Spoken Flourish Your English (India: Abhishek Publications, 2010), hal. –
[3] Edward Clemons, How to Speak English Fluently in 1 week (Elbarskhan & mmh, -), hal. –
[4] Dewi Kustanti, Yadi Prihmayadi, Problematika Budaya Berbicara Bahasa Inggris (eJournal of Sunan Gunung Djati State Islamic University), hal.176